--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bacaan pendukung.
Intimasi Sampai Nanti
Edar pandang dan dengar di
“Sore ini dan Bla bla bla Vol.2”
Gerimis mengundang di penghujung senja
bertepatan dengan acara baca puisi teman-teman BK. Kami biasa berkumpul di
ruang taman FSMR, tak jarang pula di parkiran depan ruang BEM. Syukurlah hari
itu hujan, jadi kita bisa migrasi ke tangga depan dekanat. Biasanya ruang itu
riuh ramai oleh suar suara mahasiswa main monopoli, kini diramaikan oleh kopi,
teh, gula, kursi plastik panjang, gitar, harmonika, serta beberapa buku dijajar
rapih diatas tikar. Semua disiapken untuk menyambut gerimis dengan iringan
merdu puisi. Acara yang rencana di mulai pukul tiga senja, sedikit molor karna
hujan mungkin (?) Semoga semua terobati dengan hangatnya kopi, teh dan
buku-buku. Ada sebagian wajah baru yang ikut duduk, semoga bukan cuma ikutan
berteduh hehehe…
Acara dibuka dengan Mas Izul sebagai
moderator dengan sebait duabait puisi, tak lupa diiringi gitar dari Mas Bagas.
Duduk pada kursi plastik panjang di depan tangga menghadap gedung dekanat,
“Semoga ini bukan orasi,” kata mas Fery Sate. Bebas, mau berdiri mau duduk.
Pokoknya ya disitu. Pembaca puisi satu selesai, giliran dia menunjuk temannya
untuk membacakan puisi lainnya. Sekitar 33 mahasiswa saling gilir menyimak dan
membaca puisi. Lalu tiba saatnya mas Adit dengan iringan khas perkusi mas
Rangga. Habis liat performance mas Rangga, jadi pengen ngiringi baca
puisinya. Memang ga mahir-mahir amat main musiknya, justru itu jadi bahan
motifasi kawan lainnya. Oh iya, asal mula “Oh Puisi Cumbulah Aku” ya dari
inisiatif kawan BK untuk membikin kumpulan puisi. Lumayan banyak yang mengumpulkan,
sekitar 37 penulis dengan 59 judul yang akhirnya terjilid.
Tak hanya warga FSMR saja yang ikutan baca
puisi, ada mbak Ayi sama mas Fahmi dari fakultas pertunjukan ikut meramaikan
baca puisi, merinding. Begitu pula dari teman-teman Barasub, walau datengnya
pas kita lagi reringkes, tapi perlu jadi perhatian kalau-kalau banyak peminat
di luar mahasiswa FSMR. Ya, siapa tau proyek BK kedepan bikin “Musikalisasi Puisi
Tingkat Institut” gitu :)
Semua berjalan beriringan, bergiliran.
Begitu seterusnya dengan banyak bumbu-bumbu dari luar. Secara kita duduk di
jalan, pasti banyak orang yang lalu-lalang. Ada staff kantor yang pada
mau pulang diboncengin temennya, ada yang cuma mau presensi sidik jari, ada
juga temen-temen habis kuliah numpang lewat sambil lalu, juga ada ibunda Haruka
yang lagi ringkes-ringkes piring gelas kantin, tak lupa mampir berfoto kerna
diteriakin suruh foto… Ndak cuma itu, letak kampus yang dekat dengan permukiman
penduduk Sewon tak memungkinkan lingkungan kampus bersih dari aktifitas warga.
Adek-adek kecil yang berseliweran di seberang FSMR, dengan montor KLX mininya
jelas menggelitik telinga kami. Brem..brem…begitu bunyinya. Berhasil bikin kita
nyengir, pun ada yang kelepas tertawa. Bahkan, yang biasanya hanya riuh
mahasiswa terdengar, kini kami bisa merespon lingkungan sekitar. Jadi lebih
peka sama sekitar, ada apa dikit diperhatiin, ada siapa lewat disuruh berhenti
baca puisi (sayang gak berkenan). Intinya kita makin deket dengan medium baca
puisi, walau memang distraksi eksternal kadang menang. Tapi bukannya itu ya
yang jadi tujuan kita? Bersama melihat dan membicarakan sekitar kita dengan
ringan saja? Mungkin aja intermezzo tadi jadi salah satu cara untuk
mengakrabkan. Dengan gerakan-gerakan kecil namun rutin, niscaya akan menggugah
rasa penasaran teman-teman lain. Ikut beredar dikampus, saling berbagi cara
pandangan dan pemikiran. Yaa se-enggak-nya kampus kita ga kaya “kuburan” aja
sih :))
Ditulis oleh Dinanda Nisita
10 Oktober 2016
07:12 AM
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suasana Acara.
No comments:
Post a Comment