Ada rasa kekecewaan yang amat sangat ketika Sewon
Terbuka gagal dilaksanakan. Pameran yang sudah berjalan sekitar 7 tahun ini –yang
ditunggu-tunggu oleh banyak mahasiswa media rekam, membuat para mahasiswa geram karena ditinggalkan begitu saja oleh pengurusnya.
Dari tahun ke tahun
Sewon Terbuka memang mempunyai kendala yang khas di setiap pelaksanaannya. Mulai
dari dana, ide, serta yang mendarah daging yaitu keseriusan para mahasiswa
untuk mengadakan. Dilihat dari kultur mahasiswa media rekam yang terlanjur
sangat apatis, tahun demi tahun, generasi demi generasi, acara-acara yang
selalu diwacanakan selalu menjadi wacana. Maka, terimalah dengan lapang dada kisah
tragis Sewon Terbuka.
Dilihat dari sejarah, acara
ini memiliki posisi penting dalam kehidupan kampus kita. Khususnya sebagai alat
untuk menyuarakan dan mengekspresikan berbagai keluhan terhadap birokrat kampus
dan dosen yang pemalas.
Sewon Terbuka memiliki
andil yang luas dan penting. Di ruang ini, semua warga kampus terlibat. Dosen
mengkritik dosen yang jarang berkarya, mahasiswa mengkritik dosen yang blahbloh, hingga mengkritik para
petinggi kampus. Kita tengok tahun lalu sebagai contoh, masih ingatkah karya
Vektor dan Pras yang menggemparkan Dekan? Vektor bersama karyanya yang berjudul
“Isih Penak Jamanku Tho?” dengan visual tampak seperti Risman Marah –yang notabene
mantan dekan, membuat panas Alex. Dia merasa dilecehkan dan dibuat rendah
posisinya. Eyel-eyelan pun tidak terelakkan. Konon, sampai detik ini Vektor dan
Alex masih sering bersitegang.
Pras pun demikian.
Mahasiswa nyentrik nan unik ini menggambar karyanya di tangga serambi gedung fotografi
dan dengan teks yang cukup provokatif pula: Not Art Space. Atas nama etika dan estetika,
Pras terpaksa harus cemberut. Dia dipaksa untuk menghapus dan membersihkan
karyanya. Lagi-lagi Dekan, dia menghakimi Pras salah tempat karena ‘mencorat-coret’
infrastruktur kampus.
Diatas adalah secuil
kisah kejadian di dalam Sewon Terbuka. Mungkin tahun ini kita tak dapat
menikmati keseruan-keseruan seperti masa yang lalu. Mungkin kita harus menambah
kesabaran lagi untuk hal ini. Atau, masihkah ada upaya untuk membangun bersama
Sewon Terbuka kita? Masihkah ada satu tujuan satu sifat kekeluargaan untuk ini?
Semoga!
Tahun ini Sewon Terbuka
terpaksa ditunda. Ia menunggu untuk dibangunkan kembali. Ia juga menunggu para
mahasiswa untuk bangun dari sifat malasnya.
“Menyisakan pahit.
Menyisakan pahit.
Menyisakan pahit, Ku
ditinggal Ketuaku”
November 2014
(Muhamadef)
(Muhamadef)
No comments:
Post a Comment