Friday 28 November 2014

KU TAK SANGGUP RELA ENGKAU MATI



Ada  rasa kekecewaan yang amat sangat ketika Sewon Terbuka gagal dilaksanakan. Pameran yang sudah berjalan sekitar 7 tahun ini –yang ditunggu-tunggu oleh banyak mahasiswa media rekam, membuat para mahasiswa geram karena ditinggalkan begitu saja oleh pengurusnya.

Dari tahun ke tahun Sewon Terbuka memang mempunyai kendala yang khas di setiap pelaksanaannya. Mulai dari dana, ide, serta yang mendarah daging yaitu keseriusan para mahasiswa untuk mengadakan. Dilihat dari kultur mahasiswa media rekam yang terlanjur sangat apatis, tahun demi tahun, generasi demi generasi, acara-acara yang selalu diwacanakan selalu menjadi wacana. Maka, terimalah dengan lapang dada kisah tragis Sewon Terbuka.

Dilihat dari sejarah, acara ini memiliki posisi penting dalam kehidupan kampus kita. Khususnya sebagai alat untuk menyuarakan dan mengekspresikan berbagai keluhan terhadap birokrat kampus dan dosen yang pemalas. 

Sewon Terbuka memiliki andil yang luas dan penting. Di ruang ini, semua warga kampus terlibat. Dosen mengkritik dosen yang jarang berkarya, mahasiswa mengkritik dosen yang blahbloh, hingga mengkritik para petinggi kampus. Kita tengok tahun lalu sebagai contoh, masih ingatkah karya Vektor dan Pras yang menggemparkan Dekan? Vektor bersama karyanya yang berjudul “Isih Penak Jamanku Tho?” dengan visual tampak seperti Risman Marah –yang notabene mantan dekan, membuat panas Alex. Dia merasa dilecehkan dan dibuat rendah posisinya. Eyel-eyelan pun tidak terelakkan. Konon, sampai detik ini Vektor dan Alex masih sering bersitegang. 

Pras pun demikian. Mahasiswa nyentrik nan unik ini menggambar karyanya di tangga serambi gedung fotografi dan dengan teks yang cukup provokatif pula: Not Art Space. Atas nama etika dan estetika, Pras terpaksa harus cemberut. Dia dipaksa untuk menghapus dan membersihkan karyanya. Lagi-lagi Dekan, dia menghakimi Pras salah tempat karena ‘mencorat-coret’ infrastruktur kampus.

Diatas adalah secuil kisah kejadian di dalam Sewon Terbuka. Mungkin tahun ini kita tak dapat menikmati keseruan-keseruan seperti masa yang lalu. Mungkin kita harus menambah kesabaran lagi untuk hal ini. Atau, masihkah ada upaya untuk membangun bersama Sewon Terbuka kita? Masihkah ada satu tujuan satu sifat kekeluargaan untuk ini? Semoga!

Tahun ini Sewon Terbuka terpaksa ditunda. Ia menunggu untuk dibangunkan kembali. Ia juga menunggu para mahasiswa untuk bangun dari sifat malasnya.


“Menyisakan pahit.

Menyisakan pahit.

Menyisakan pahit, Ku ditinggal Ketuaku”

November 2014
(Muhamadef)

No comments:

Post a Comment