Kuberi
nama engkau wahai Benang
Segala
lubang dimana suhu dan makhluk-makhluk abstrak biasa berkumpul membicarakan
engkau
Siapa
engkau kelak Benang?
Segan
dan enggan mati dalam atau tanpa angan
Dengan
jaket biru kusam ku duduk manis
Di
bawah tanah pusaka kala tokoh mungil mulai memanaskan diri
Selimuti
kebodohan dalam setiap kejadian
Bahkan
satu yang tak kukira dan berlangsung saat ini
Bayi
lucu ibu kura-kura tlah menyelami dan menyesal
Bukan
menyesal karna terlalu dalam
Bersama
teman baiknya sang tarsius tua yang suka berlagak sok tau
Tapi
ia selalu ingin tampak muda, bodoh . . . . .
Suka
berceramah saat manusia sudah tak mampu menangkap keindahannya sendiri
Pada
suatu koma, ia tersadar bahwa tak seharusnya bayi kura-kura yang lambat
mendapat sebuah tekanan bertubi-tubi darinya yang hanya seekor tarsius tua
berbadan mungil
Pada
akhir yang membingungkan
Masih
pada waktu yang samar
Dalam
puisi yang acak
Ia
terdiam . . . . .
r.a.r
2013
No comments:
Post a Comment