Lebih menyenangkan..
Saat melihat punggungmu dan gerak
lihaimu menjajaki setapak..
Sehingga kau tak tahu..
Apa ekspresi yang tercetak di
wajahku saat berjalan di belakangmu..
Lebih menenangkan..
Saat melihat kau terlelap
berselimut lelah di antara celah-celah kegelisahan..
Sehingga kau tak sadar..
Ada lengan yang menjaga agar
kepalamu tidak terhentak sehingga kau terjaga..
Lebih mendamaikan..
Saat aku bisa menyelimutimu kala
kau diterkam dinginnya angin gunung..
Sehingga kau tak melihat..
Aku yang memandangi wajah mungilmu
yang terbenam dalam selimut biru milikku..
Namun..
Lebih menyedihkan..
Saat aku di sampingmu dan kau
lebih kusyuk membisu mengiringi senduku..
Sehingga kau tak tahu..
Betapa banyaknya hal yang ingin
kubicarakan denganmu..
Lebih menggelisahkan..
Saat kau di dekatku dan aku tak
kuasa berucap..
Sehingga kau tak sadar..
Ada banyak pertanyaan dan
kejujuran yang bernaung di sudut hati yang gelap..
Lebih mengkacaukan..
Saat aku tak fasih memahami dirimu
dan selalu tampak salah..
Sehingga kau tak melihat..
Ketulusan yang kupersembahkan
untukmu hai kasih..
Lalu..
Aku akhirnya diam, bungkam..
Aku tetap memendam, menahan..
Aku selalu gundah, resah..
Biarlah..
Dalam bayang gelap di balik cahaya
benderang..
Aku temukan sudut tuk bernaung..
Meneguk rindu dan memeluk haru..
Tanpa tahu, apakah mungkin bayang
dan benderang ini akan menyatu..
(Muhammad Dzulqornain)
No comments:
Post a Comment