Saturday 11 October 2014

Resensi Filem Hempas (Pemenang Film Terpadu 2)


(1)                 RESENSI FILM HEMPAS 
                                              Oleh: Dinanda Nisita Hardani

Siapa sangka berawal dari tuntuan tugas menjadikannya hiburan yang manjakan mata. "Hempas" merupakan film pendek ber-genre  drama action yang bercerita tentang perjuangan tokoh seorang kakak demi menyelamatkan nyawa adik perempuannya.
Hempas seperti dilansir secara harfiah merupakan kata kerja yang berarti mencampak, membanting, menjatuhkan diri, dan memukul pada. Adalah arti daripada metafora konflik utama film ini yaitu nafas sang adik yang terhempas karena kambuhnya. Kita dapati pula hempas merupakan kejadian dimana sang kakak mendapati adiknya meninggal ketika dia sudah mendapatkan obat adiknya, Hidupnya sia-sia bak menegakkan benang basah.

Mari kita runut dari segi naskah, pengenalan karakter pada awal film yang kurang dibangun ini sedikit menyulitkan penonton. Bisa  kita lihat pada visual, kakak sebagai tokoh utama kurang diperkenalkan sebagi seorang apa, berprofesi apa, berlatar belakang seperti apa. Dari visual yang ada hanya ditunjukkan seorang laki-laki remaja sedang tidur disebuah kamar sederhana, memiliki adik perempuan yang penyakit asmanya kambuh dan sialnya kehabisan obat asma. Sang kakak yang tak punya uang berusaha mencari cara mendapatkan obat adiknya, mendadak mengamini profesi sebagai kurir narkoba. Adeganpun dimulai dengan kisah perjuangan jatuh bangun sang kakak mendapatkan obat. Karakter sang kakak yang lebih sering muncul, dengan minimnya pengenalan tokoh yang mendalam sedikit menyulitkan.    

Melihat dari opening, pada saat pengenalan teks nama-nama kru film, pembuat film sejatinya bisa lebih jeli dengan menunjukkan visual benda-benda esensial yang menunjukkan karakter sang tokoh. Sayangnya pada opening visual yang ditumbuhkan kurang memberikan informasi, misal visual gantungan baju, tombol kipas angin, jendela kusam, tembok gang, lampu jalanan, korden. Dengan dibangunnya visual yang demikian penonton kurang mendapatkan informasi yang seharusnya pembuat film bisa sampaikan untuk mendukung pengenalan karakter tokoh. 

Mari kita telisik dari sisi pengadeganannya. Pada adegan sang kakak mengantarkan bingkisan narkotik kepada seorang pun sedikit janggal. Dimana ada transaksi  barang ilegal dan cukup mahal cenderung sulit untuk didapatkan, mengapa si klien tidak mengecek dahulu alih-alih langsung pergi? Sekiranya begitulah logika yang masuk akal dapat penulis bagikan.

Ide cerita sederhana berhasil terselamatkan dengan visual dan komposisi apik yang manjakan mata.
Kamar Kangen, 8 Oktober 2014

01:18 WIB

(2)              RESENSI FILM HEMPA
                       Oleh: Vincencia Dipta


Film HEMPAS menceritakan tentang Arya yang berusaha mencari pinjaman uang untuk membeli obat asma Pipit, Arya mengetuk dari pintu satu ke pintu lainnya tapi pada akhirnya tak satupun tetangga yang mau meminjamkan uang pada Arya, hingga sampai pada suatu siang saat Arya sudah merasa lelah dan kebingungan, ia duduk pada sebuah “Angkringan” dan di situlah terjadi perang batin pada diri Arya.

Saat Arya sedang duduk memikirkan bagaimana ia bisa mendapatkan obat untuk Pipit, datang seorang laki-laki yang menawarkan kerjaan untuk Arya. Laki-laki itu adalah salah satu anggota pengedar narkorba dan ia meminta Arya untuk mengantarkan barang pada seorang preman dengan imbalan Arya mendapatkan obat asma untuk Pipit, Arya pun menyanggupinya.

Setelah Arya mengantarkan ‘’barang” dan mendapatkan obat asma, ia berfikir bahwa ia bisa pulang dengan damai dan memberikan obat itu pada Pipit, siapa yang mengira ternyata nasib malang sedang menanti Arya, “barang” yang ia kirim tadi adalah barang palsu sehingga membuat para preman tersebuat marah dan mencari Arya, di situlah terjadi perkelahian antara Arya dan para preman, mereka saling beradu otot tapi malang nasib Arya, ia yang hanya seorang diri harus menghadapi 3 orang sekaligus.

Setelah puas menghajar Arya para preman itu meninggalkan Arya yang tergeletak lemah, dengan setengah sadar dan dengan tenaga yang masih tersisa Arya meraih kantong plastik yang berisi obat asma Pipit. Ia mencoba bangkit dan berjalan lemah menuju rumah. Tapi sayang ketika ia sampai di rumah Pipit sudah tiada.

Menurut saya film ini sangat menarik dan menyentuh hati bagi para penontonnya, di mana digambarkan Arya yang berusaha mati-matian untuk mendapatkan obat untuk Pipit rela melakukan cara yang nekat dan beresiko bagi nyawanya sendiri, disinilah terlihat sebuah ketulusan seseorang melakukan apa saja demi yang di cintainya. Tetapi ada sesuatu yang kurang dalam film tersebut, yaitu tentang ekspresi pemain, khususnya Bos Gembong dan Bos Preman.

Data Film :

Hempas | 2014 | 14:47 | Sutradara : Ghalif P. Sadewa Durasi | Penulis Naskah : Tiara Sekar Ayu               


No comments:

Post a Comment