Saturday 11 October 2014

Resensi Filem Dokumenter Distribusi Pasar Senthir (Pemenang Dokumenter Terbaik)


 

(1)               Distribusi Pasar Senthir
Oleh: Dinar Surya Oktarini

“Menilai karya seni berarti menilai karya itu secara keseluruhan, bukan secara fragmentaris terpotong-potong, karena yang harus dinilai adalah norma-norma pokok yang terkandung di dalamnya” Mengupas film - H. Usmar Ismail.

Ini seperti membicarakan sesuatu yang tidak kita buat secara langsung atau seperti membicarakan orang lain dan menghujamnya habis-habisan.  Mengapresiasi sebuah karya tentulah sangat berhubungan dengan apa karya itu dibuat atau untuk apa karya itu ada. Sehingga ketika kita membicarakannya mungkin kita bisa mulai secara garis besar atau luas terhadap suatu karya tersebut. Ketika berbicara audio visual pasti sejenak yang terfikir adalah sebuah film dari penggabungan beberapa frame foto. Suatu karya film dapat meringkus suatu kejadian lampau bahkan kejadian masa depan. Ia dapat membuat beberapa detik menjadi beberapa jam, memadatkan satu abad dalam waktu satu menit, membawa kita ke belakang semenit kemudian ke masa depan. Karya seni terapan berupa digital audio visual ini mempunyai banyak sifat-sifat yang membuat film menjadi media yang paling ampuh dan realistis dibanding media artistik lainnya, sekaligus merupakan faktor-faktor yang membuat analisa film menjadi proses yang sangat sulit.

Seni akan tumbuh tidak jauh dari waktu dan lingkungan dimana karya seni itu tumbuh, karena lingkungan di sekitar juga pasti direspon oleh para senimannya untuk menjadi sumber inspirasi. Bahkan kontribusi pada lingkungan dimana karya seni itu diciptakan juga dan dapat berpengaruh. Kebanyakan karya yang dibuat karena adanya keresahan pelaku seninya dengan keadaan lingkungannya atau rasa penasarannya terhadap sesuatu yang dianggap janggal pada hal tertentu, maka keluarlah ide, gagasan baru untuk menciptakan suatu karya. 
Film dokumenter sendiri adalah film yang mendokumentasikan cerita dari sebuah kisah nyata. Kata dokumenter sendiri pertama kali digunakan pada tahun 1926 di sebuah resensi film yang berjudul “Moana”. Film dokumenter termasuk kategori film non fiksi, suatu jenis film yang melakukan interpretasi terhadap subyek dan latar belakang yang nyata. Film-film seperti ini peduli terhadap perilakun masyarakat, suatu tempat atau aktivitas.

Karya Dokumenter yang diberi judul “Distribusi Pasar Senthir” kali ini yang penulis akan apresiasi dalam bentuk tulisan. Menanggapi fenomena yang ada di jogja yang biasa disebut pasar senthir atau pasar klithikan (pasar yang menjual barang bekas atau barang curian) ini munculnya kecurigaan terhadap bagaimana barang-barang yang ada di pasar senthir di distribusi, bagaimana urutan yang tidak banyak diketahui orang berhenti hanya sekedar isu, sebelum barang-barang itu dijual di pasar yang hanya buka dimalam hari dan dijual dengan harga sangat murah.

Dari bagaimana penyampaian untuk dokumenter pasar senthir ini, filmmaker-nya sendiri ingin menyampaikannya dengan pendekatan investigasi atau investigasi jurnalistik. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui oleh publik ataupun tidak. Dimana para pencari informasi dalam film dokumenter tersebut berpura-pura menjadi seseorang yang ingin membuka usaha berjualan di pasar senthir. Kemudian pelaku itu seolah-olah adalah umpan bagus untuk memancing dedengkot para distributor pasar senthir keluar dan menampakkan diri. Penyampaiannya yang disampaikan secara naratif menurut bagaimana jalannya kronologisnya berjalan. Ada beberapa hal yang penyampaiannya kurang atau banyaknya kehilangan informasi yang seharusnya didapat oleh penonton. Banyak sekali pertanyaan yang penulis dapatkan bahkan film itu sudah ditonton sampai habis, misalnya siapa orang yang bersama penyamar? Kemudian pengepul barang yang akan dijual, dibeli dari pengepul besar mana? Luar negrikah? Atau hasil curian-kah ? Atau memang dibeli dari perongsok loak keliling? Bahkan bagaimana cara menentukan barang yang mau dibeli? mengingat di dalam film dokumenter tersebut barang yang sudah dibeli di hari sebelumnya yang informasinya disembunyikan tidak ditunjukkan secara gamblang. Penyampaiannya yang kurang naratif di dalam cerita membuat penonton dibuat mempunyai pertanyaan besar dan bahkan pertanyaan yang ditemukan pada menit diawal film tersebut tidak dijelaskan bagaimana itu di belakang film. 


Pembuatan film dokumenter ini tidak banyak mempertimbangkan visual tersebut tetapi informasi yang dicapai sebenarnya bisa sampai kepada penonton secara jelas. Tetapi ada beberapa bagian yang sangat janggal ketika ada sebuah shot dimana salah satu penjual pasar senthir sedang bertransaksi dengan seseorang yang tidak dikenal, shot yang penulis yakin sekali itu diambil dari jauh dan diambil dari dalam mobil. Kemudian terjadilah percakapan antara kedua orang tersebut dan hal yang menjanggal adalah suara yang terdengar sangat bagus dan jernih. Hal seperti ini bagus ketika penonton ingin mengetahui bagaimana transaksi itu berlangsung atau apa saja yang sedang dibicarakan pada transkasi berlangsung tetapi hal ini sangat janggal karena pada jarak sejauh itu tidak ada alat bantu perekam suara yang mendukung, suara biasa terdengar sangat bagus. Penulis mengira adanya koordinasi atau men-direct sebelum adegan itu dilakukan.


Menjadi belajar dari sebuah karya seni karena pemaknaan dan sebagai bentuk apresiasi tertinggi pada karya seni tersebut termasuk apresisasi penulis dari film dokumenter ini. Menjadi bagian dalam apresiasi suatu karya seni akan menjadi sangat banyak sekali hal-hal kritis atau melatih kepekaan yang akan muncul sebagai penilaian subjektif dan tidak bersifat mengkritik habis suatu karya tersebut.


(2)               'DISTRIBUSI PASAR SENTHIR'
Oleh: Ogie Aprillian Satie
 
Pasar senthir (klitikan) adalah sebuah pasar barang-barang bekas di jogja yang berdiri sejak sekitar tahun 1960 an. Pasar senthir (klitikan) sendiri pada tahun 90 an dikenal sebagai pasar barang-barang curian. Pada awal berdiri pasar ini tidak menjual barang-barang curian.

Pada film dokumenter 'DISTRIBUSI PASAR SENTHIR' yang berdurasi18 menit  ini kita sebagai penonton dibawa pada fakta bahwa tidak semua barang-barang yang di jual di pasar senthir tidak  semua adalah barang curian. Hanya beberapa oknum-oknum tertentu yang melakukan transaksi barang curian ini.

Di perjalanan film ini penonton dibawa untuk menyaksikan 'perjalanan' barang curian dari tangan ke tangan. Penonton di hidangkan dengan fakta-fakta tentang bagaimana prosedur dan transaksi barang merah ini berjalan.

Barang curian ini oleh oknum yang melakukan transaksi disebut sebagai 'Barang Merah'dimana tidak semua pedagang di pasar senthir mau menerima 'barang merah'. Di dalam film 'DISTRIBUSI PASAR SENTHIR' ini juga penonton akan dibawa kepada fakta bahwa transaksi 'barang merah' tidak dilakukan didalam pasar senthir. Biasanya transaksi barang merah ini dilakukan diluar pasar senthir yang kemudian akan dibawa kedalam pasar senthir.

Hal yang sangat disayangkan pada film dokumenter 'DISTRIBUSI PASAR SENTHIR' ini adalah investigasi yang di lakukan harus terhenti dikarenakan narasumber distribusi 'barang merah' ini gerak geriknya sudah tercium oleh pengelola pasar senthir.

Seolah-olah ada yang satu hal yang ditutup-tutupi oleh pengelola pasar senthir sendiri agar tidak diketahui oleh khalayak. Sehingga informasi yang ingin disampaikan kurang bisa tersampaikan dimana tujuan film dokumenter ini sendiri adalah apakah benar pasar senthir ( klitikan) adalah pasar yang mendistribusikan barang-barang curian.

Data Film:
Distribusi Pasar Senthir | 2014 | 00:00 | Sutradara : Dewangga Arya P.            



No comments:

Post a Comment