Saturday 11 October 2014

Resensi Filem Dilarang Berjualan Disini (Film Produksi Televisi 2011)



(2) Dilarang Berjualan Disini: Pengemasan Seragam Aparat
Oleh: Deasy Fatmasari


Tukang minyak itu berjalan menuju gerobaknya yang berisikan beberapa kaleng minyak tanah. Ia mengambil salah satu kaleng minyak dari gerobak itu dan menghampiri aparat yang sudah tersungkur akibat tinjuannya. Ia siramkan minyak yang ia bawa di sekujur tubuh aparat dan setelah itu ia tinggalkan. Keluarlah dua orang wanita yang disekap oleh aparat di dalam mobil dan salah satu dari mereka menghampiri aparat yang sudah berlumur minyak. Wanita itu menyalakan korek gas dan melemparkan pada tubuh aparat.
-
Sekilas tadi adalah gambaran akhir dari sebuah film yang berjudul Dilarang Berjualan Disini yang disutradarai oleh Umar Syaefulloh. Film ini berkisah tentang seorang tukang minyak yang ingin menambal ban gerobaknya dan harus mendatangi sebuah gang, karena hanya di gang itu terdapat tukang tambal ban yang masih buka. Saat hendak melewati gang, tukang minyak pun melihat beberapa aparat yang sedang menggoda seorang wanita Pekerja Seks Komersial (PSK), namun ia menghiraukannya. Tukang minyak itu terus berjalan sambil mendorong gerobaknya ke tukang tamban ban. Aparat pun makin bertindak seenaknya, mereka menjumpai sebuah angkringan dan mengambil uang serta  memberi tahu kepada pedagang bahwa di gang itu dilarang untuk berjualan, sebelum aparat itu menghancurkan gerobak angkringan dengan angkuhnya.

Berbicara tentang perkembangan film ber-genre action di industri perfilman Amerika, Eropa maupun ranah Asia, sejauh ini tidak terlepas dari aksi-aksi heroik yang dilakukan oleh salah satu tokoh untuk menyelamatkan atau mempertahankan sesuatu yang memang notabene-nya menjadi suatu kebenaran. Tak terkecuali dengan film yang berjudul Dilarang Berjualan Disini yang disutradarai oleh Umar Syaefuloh.

Sebuah film yang dikemas cukup baik dan dengan cerita yang sangat singkat sekali, karena hanya terjadi pada satu malam itu saja. Tidak hanya itu, film ini juga menyuguhkan sebuah aksi yang cukup memukau dengan koreografi-koreografi pemainnya saat saling serang. Tata artistik serta setting pun sangat mendukung serta mumpuni di setiap adegan. Hanya saja ada hal yang sangat disayangkan sekali, ketika kreator tidak dapat menginterpretasikan maksud dan tujuan karyanya.

Pengemasan Seragam Aparat
Tema dari film Dilarang Berjualan Disini sesungguhnya menjadi topik yang sangat menarik sekali, ketika sang kreator mengambil cerita dengan latar belakang tokoh seorang tukang minyak yang notabene-nya adalah masyarakat menengah kebawah yang kemudian disandingkan dengan aparat. Sangat jelas sekali film Dilarang Berjualan Disini sebenarnya adalah bentuk sindiran kepada aparat.

Meskipun sudah terlihat dari pakaian yang digunakan oleh para aparat itu dan menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari anggota Satpol PP. Namun sang kreator hanya menjelaskan bahwa mereka adalah ‘aparat’, mereka tak ingin menekankan atau memberikan penjelasan spesifikasi bahwa tokoh itu adalah Satpol PP. Lantas apakah Satpol PP bukan aparat?

Seperti yang kita tahu, aparat yang digambarkan dalam film ini adalah Satuan Polisi Pamong Praja atau disingkat Satpol PP, dimana seringkali kita mendengar tentang Satpol PP yang menjadi musuh besar para masyarakat khususnya masyarakat kelas menengah kebawah atau pedagang pedagang kecil, yang sering berjualan di tempat-tempat yang memang dilarang. Dalam film ini, dialog yang diucapkan oleh tukang minyak cukup mewakili apa yang ingin ‘orang kecil’ sampaikan kepada aparat, seperti dialog “Aparat itu keparat, dia cuma bisa main fisik saja.” menjadi salah satu bentuk sindiran yang paling kuat yang ditujukan untuk aparat.

Mengingat dalam film ini terdapat adegan ketika Satpol PP yang menggoda wanita Pekerja Seks Komersial dan dua orang Satpol PP lainnya menghancurkan sebuah angkringan dan menghajar seorang satpam, ada asumsi lain yang tercipta setelah menonton film Dilarang Berjualan Disini. Apakah Satpol PP selalu bersikap seperti yang digambarkan di film?Lalu apakah Satpol PP selalu berperilaku kasar?

Orisinalitas Cerita
Setelah menonton film ini, saya teringat akan sebuah film yang mempunyai alur hampir sama dengan film ini. The Punisher: Dirty Laundrymempunyai kesamaan yang signifikan, hanya sedikit komponen yang berbeda, seperti beberapa tokoh yang diganti latar belakangnya dan settingyang dibuat berbeda dengan film The Punisher: Dirty Laundry.

Jika ditelisik lebih dalam,tokoh serta alur cerita di dalamnya pun hampir sama, hanya terdapat sedikit perbedaanantara kedua film tersebut.Dalam film The Punisher: Dirty Laundry, tokoh yang menggoda serta berulah dengan wanita dan sejumlah orang yang lewat adalah beberapa preman, sedangkan di film Dilarang Berjualan Disini tokoh preman diubah menjadi beberapa orang Aparat. Begitu pun dengan adegan serta shot-shot yang dihasilkan dalam film Dilarang Berjualan Disini, banyak terdapat kesamaan dengan film The Punisher: Dirty Laundry. Selain itu adegan yang membuat saya berpikir bahwa film ini adalah terapan dari film The Punisher: Dirty Laundry yaitu, saat tukang minyak menyiramkan satu kaleng minyak tanah ke badan salah satu aparat, lalu tukang minyak pun pergi meninggalkan aparat dan PSK yang disekap di dalam mobil oleh aparat, kemudian PSK itu menghampiri aparat itu dan melemparkan sebuah korek gas ke badan aparat. Sedangkan di film The Punisher: Dirty Laundry, tokoh utama menyiramkan alkohol ke tubuh sang preman. Minyak dan alkohol merupakan zat yang mudah terbakar. Entah itu kebetulan atau tidak, asumsi penonton setelah menonton kedua film tersebut mungkin berpendapat demikian.

Melihat kasus seperti ini, saya teringat akan teori seorang filsuf asal Bulgaria yaitu Julia Kristeva yang berpendapat bahwa setiap teks terjalin dari kutipan, peresapan, dan transformasi teks-teks lain. Sewaktu pengarang menulis, pengarang akan mengambil komponen-komponen teks yang lain sebagai bahan dasar untuk penciptaan karyanya. Semua itu disusun dan diberi warna dengan penyesuaian, jika perlu mungkin ditambah supaya menjadi sebuah karya yang utuh. Untuk lebih menegaskan pendapat itu, Kristeva mengajukan dua alasan: Pertama, pengarang adalah seorang pembaca teks sebelum menulis teks. Proses penulisan karya oleh seorang pengarang tidak bisa dihindarkan dari berbagai jenis rujukan, kutipan, dan pengaruh. Kedua, sebuah teks tersedia hanya melalui proses pembacaan. Kemungkinan adanya penerimaan atau penentangan terletak pada pengarang melalui proses pembacaan.

Mendalami teori Kristeva akan membuat kita bertanya-tanya: Benarkah kebaruan dalam membuat sebuah karya itu memang benar-benar ada? Apakah orisinalitas itu memang ada?


(2)           DILARANG BERJUALAN DISINI
Oleh: Delfi Mulyansyah

Film adalah sebuah media untuk berekspresi atau menyampaikan segala sesuatu yang terdapat pada diri si pembuatnya agar bisa dilihat, dinikmati, dan mungkin dipahami oleh orang lain yang menonton. Melalui media film, pembuat bisa mengeluarkan gagasan dan ideologi atau keresahan – keresahan yang selama ini mereka rasakan dan mereka alami dalam kehidupan sehari – hari. Banyak film yang terinspirasi dan mengambil cerita dari kehidupan nyata. Cerita – cerita yang berkaitan dengan sosial budaya atau kearifan lokal menjadi lebih bisa diterima penonton, karena kejadian dan konflik yang terjadi memang sering meraka alami, sehingga penonton yang pernah mengalami kejadian seperti apa yang ada di film, mereka akan merasa sebagai pemain, atau secara tidak langsung mereka masuk kedalam film tersebut. Film dengan judul ”Dilarang Berjualan Disini“ dengan sutradara Umar Saefulloh dan penulis naskah Galuh Esti N menceritakan kegelisahan mereka terhadap oknum aparat yang ada di Indonesia.

Film “Dilarang Berjualan Disini“ menceritakan tentang kelakuan para oknum pejabat yang bertingkah semau mereka, padahal mereka seharusnya menjadi abdi, pelindung dan pengayom masyarakat. Disini di ceritakan Rohmad adalah pemuda yang berjualan minyak eceran keliling, saat ia sedang menjajakan dagangannya dan sampailah pada suatu komplek tepatnya di pos satpam, ban gerobak Rohmad bocor, ia bersusah payah  untuk membetulkan gerobaknya. Bersamaan dengan suasana hatinya itu terhadap berita di televisi tentang tingkah laku para aparat yang kurang bijak dan semaunya sendiri. Dan yang membuat Rohmad lebih kesal lagi adalah tingkah satpam yang notabene adalah seorang aparat yang sedikit songong dan tidak berbeda dengan aparat yang ada di berita televisi tadi, sehingga ada beberapa perkataan Rohmad yang menyinggung satpam tersebut. Nanum semua itu berlalu begitu saja saat Rohmad bertanya tempat tambal ban terdekat. Rohmad pun pergi mendorong gerobaknya yang terasa semakin berat karena bannya bocor, sedangkan satpam asik melanjutkan menonton tv sambil menikmati kopi dan rokoknya dan mengabaikan tugasnya sebagai keamanan di komplek tersebut. Ada beberapa anggota satpol PP yang sedang dalam perjalanan pulang mengendarai mobil mereka. Saat mereka lewat disuatu persimpangan gang, mereka melihat seorang wanita penghibur sedang berdiri menunggu pelanggannya datang. Para anggota satpol PP tersebut kemudian menghampiri wanita tersebut, dengan semena – mena mereka menggoda dan ingin menyetubuhi dengan paksa wanita tersebut, sempat terjadi keributan antara si wanita dengan para anggota satpol PP. Datanglah teman dari wanita penghibur tadi yang notabene teman tersebut memiliki pekerjaan yang sama yaitu sebagai wanita penghibur. Keributan semakin menjadi, tapi apa daya dua wanita melawan lima pria yang memiliki badan tegap dan besar. Kedua wanita tersebut diseret dan di paksa masuk kedalam mobil satpol PP tersebut. Warga sekitar hanya bisa melihat dan tidak berani berbuat apa – apa. Rohmad dalam perjalanan menuju tambal ban dan ia melewati kejadian tersebut, awalnya ia juga sedikit acuh dan masa bodoh, namun setelah oknum satpol PP tersebut juga mengacak – acak dagangan yang ada di angkringan, kekesalan Rohmad semakin memuncak. Dan muncul satpam yang berjaga di komplek tadi dengan niatan akan membeli rokok di angkringan yang sudah di acak – acak para satpol PP tadi, satpam bertanya tentang  tindakan para salpol PP tersebut, namun satpam tersebut justru di keroyok oleh para satpol PP hingga tak sadarkan diri. Beberapa anggota satpol PP tersebut sedang memaksa wnita penghibur tadi untuk melayaninya di dalam mobil, namun para wnita tersebut terus memberontak dan tidak mau. Rohmad yang semakin geram meminjam kunci inggris kepada pemilik tambal ban, ia berlari menghampiri para satpol PP. Terjadilah perkelahian yang sengit antara Rohmad dan para Satpol PP. Hingga akhirnya semua satpol PP yang ada disitu kalah dan tumbang, komandan satpol PP meminta ampun kepada Rohmad dan menyodorkan beberapa uang. Namun Rohmad menolaknya dengan mentah – mentah, ia justru mengambil minyak dagangannya kemudian menyiramkannya di tubuh komandan satpol PP tersebut. Dua wanita penghibur tadi keluar dari mobil  dengan tenaga yang masih tersisa, salah satu wanita tersebut mengambil korek api yang tadi terjatuh, kemudian ia nyalakan korek tersebut dan di lemparkan ke komandan satpol PP. Tubuh komandan tersebut terbakar, saat Rohmad pergi meningalkan tempat itu dan diiringi dengan teriakan komandan satpol PP yang tubuhnya terbakar oleh api.

Melihat cerita pada film tersebut, pembuat film ingin menyampaikan keresahannya yaitu berupa keresahan kepada aparat pemerintah. Dalam hal ini mereka menggambarkan dengan beberapa oknum Satpol PP dan Satpam. Permasalahan sosial juga mereka masukkan, seperti adanya wanita penghibur yang mangkal menunggu pelanggannya. Ini dibuat untuk mendukung dan lebih mempertegas gejolak sosial yang ada di lingkungan masyarakat. 

Keberhasilan sebuah film bisa dilihat salah satunya yaitu, penonton terkesan atau minimal penonton mengerti apa maksud yang di tayangkan film tersebut. Informasi yang ingin disampaikan pembuat film bisa dimengerti dan mungkin bisa melekat pada penonton sehingga penonton akan selalu mengingat film tersebut. Bisa dikatakan film “ Dilarang Berjualan Disini “ berhasil menyampaikan informasi kepada penonton. Minimal itulah yang harus dicapai oleh sebuah film.

Data Film:
Dilarang Berjualan Disini | 2014 | 09.38 | Sutradara: Umar Syaefuloh | Penulis Naskah: Galuh Esti

No comments:

Post a Comment